recruitment process

Digitalisasi Dalam Proses rekrutmen

Pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan. Menurut X. Transformasi digital dalam hiring process menyederhanakan dan mengeliminasi pekerjaan yang bersifat administratif dan secara bersamaan meningkatkan efisiensi proses rekrutmen dengan bantuan teknologi dan analisis berbasis data, sehingga mempermudah hiring managers dan user dalam memilih kandidat yang tepat. Digitalisasi seperti dengan penggunaan teknologi terbukti dapat membantu mengoptimalkan pekerjaan tim perekrutan mulai dari proses seleksi curriculum vitae ataupun resume, asesmen untuk candidate scoring berdasarkan kemampuan dan karakter, hingga proses wawancara. Hal ini tentu saja bisa mempersingkat proses perekrutan karyawan. Selain itu, teknologi tidak hanya memudahkan pelamar dalam mencari dan melamar pekerjaaan, namun juga memudahkan perekrut dalam menemukan kandidat yang tepat di seluruh dunia.

Melansir dari data yang disadur Media Indonesia, 99 persen perusahaan yang masuk ke dalam daftar Fortune 500 telah menggunakan teknologi sistem pelacakan pelamar atau yang dikenal Applicant Tracking System (ATS). ATS merupakan salah satu teknologi yang menjadi alat utama yang sudah banyak digunakan recruiter untuk me-manage proses aplikasi dari awal hingga akhir proses.

Menjaring Kandidat Melalui Media Sosial dan Job Portal

Job portal memudahkan pencari kerja untuk mendapatkan informasi pekerjaan yang mereka cari melalui job search engine yang juga memiliki filter untuk memudahkan pencari kerja mencari pekerjaan yang spesifik. Menggunakan job portal memungkinkan para pencari kerja memperoleh informasi lowongan terbaru secara berkala ke email mereka. Di sisi lain, job portal memberi kemudahan pada para employer untuk memverifikasi aplikasi secara online dan mendokumentasikan proses rekrutmen. Situs pencari kerja yang sudah sangat populer digunakan, juga memudahkan perusahaan mengiklan secara gratis.

LinkedIn merupakan jejaring sosial profesional favorit dalam industri perekrutan karena beragam talent dapat ditemukan di platform ini. Tahun 2020, LinkedIn tercatat memiliki 690 juta pengguna di seluruh dunia. Sedangkan penggunaan media sosial lainnya dapat membangun awareness dan mengamplifikasi atau memperluas jangkauan iklan lowongan kerja karena link dengan mudah disebarkan hingga ke grup-grup kecil sekalipun. Penggunaan media sosial juga dinilai tepat terutama dalam menjaring entry to mid-level hire yang berada dalam demografi usia muda dan cenderung sering bermedia sosial.

Artificial Intelligence Untuk Ccreening Awal Kandidat

Sebelum teknologi masif digunakan dalam proses rekrutmen, tim perekrutan secara manual memeriksa aplikasi kandidat. Kegiatan menyeleksi berkas fisik dan email merupakan kegiatan tidak efektif dan melelahkan. Sebuah resume bisa saja mengelabui dan subjektif. Sementara dengan digitalisasi, dengan menggunakan teknologi artificial intelligence misalnya, dapat membantu menyaring kandidat dengan mencocokkannya dengan kriteria yang dibuat perusahaan. Manusia memerlukan waktu rata-rata dua menit untuk membaca resume, sedangkan perangkat lunak dapat menyeleksi banyak pelamar dalam waktu cepat.

Beragam Tools Online Assessmen

Penilaian kandidat digunakan untuk mengetahui kemampuan kerja, pengetahuan, kecocokan dengan budaya perusahaan, serta sifat dan karakter. Proses penilaian kandidat secara digital dan berbasiskan data mempermudah evaluasi kandidat dan meminimalkan bias serta subjektivitas. Kelebihan online assesment adalah hasil penilaian menjadi lebih akurat dan cepat. Terdapat berbagai jenis assessment yang ditawarkan oleh Aikrut:

1. Personality Test mengukur kepribadian individu yaitu motivasi yang mendorong perilaku dan gaya komunikasinya dalam lingkungan kerja

2. Cognitive Ability merupakan pengukuran mengenai kapasitas kecerdasan secara umum.

3. Leadership Test merupakan pengukuran mengenai sikap dan karakter individu dalam memimpin sebuah organisasi

Online Interview adalah Masa Depan

Menurut SHRM, kedepannya online interview akan terus menjadi pilihan karena lebih praktis, namun tetap efektif dalam menghasilkan kandidat yang berpotensi. Dalam praktiknya, penggunaan online video interview dilakukan secara dua arah menggunakan alat virtual meeting seperti Zoom, Skype, Google Meet, Hangouts, bahkan wawancara melalui ponsel pintar. Proses online interview sangat memangkas time-to-recruit karena memperkecil jarak antara invitation dengan interview karena banyak aplikasi penjadwalan digital. Berdasarkan temuan Cronofy, perekrut memerlukan waktu tiga hingga satu minggu untuk menjadwalkan interview karena perlu mengkoordinasi jadwal. Sedangkan dari sudut pandang kandidat, pelamar tidak perlu waktu seharian menunggu giliran interview di kantor dan menghabiskan ongkos perjalanan. Online interview juga memperkecil kemungkinan kandidat tidak datang.

Melalui online interview, perusahaan dapat menilai secara langsung. Namun, wawancara sangat mungkin bersifat subjektif. Tanpa pengalaman yang cukup untuk membaca orang dan tidak adanya interviewer yang memiliki kemampuan psikologi dan sumber daya manusia yang cukup, perusahaan bisa saja melewatkan detail penting. Teknologi video interview berbasiskan artificial intelligence atau AI dari Aikrut membuat perusahaan lebih mudah dalam mengevaluasi interview kandidat. Teknologi anotasi AI menghasilkan analisis gestur untuk mengenali makna dari gerakan yang ditimbulkan kandidat. AI membantu Meskipun dalam aspek rekrutmen satu ini teknologi tidak dapat menggantikan manusia sepenuhnya, analisis gestur dapat menjadi data tambahan sebagai alat observasi dalam rekrutmen.

Perkembangan teknologi mendisrupsi tiap tahap proses rekrutmen sehingga memilih teknologi yang tepat menjadi hal krusial. Tidak hanya kandidat yang bersaing mendapat pekerjaan, perusahaan juga perlu menemukan solusi teknologi yang tepat sehingga menemukan kandidat terbaik atau best hire dan membangun employer branding yang kuat.

Tentang Penulis

Nissa Abdillah